Secara etimologis, andragogi berasal dari bahasa Latin “andros” yang berarti orang dewasa dan “agogos“ yang berarti memimpin atau melayani.
Knowles
(Sudjana, 2005: 62) mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu dalam
membantu peserta didik (orang dewasa) untuk belajar (the science and arts of
helping adults learn). Berbeda dengan pedagogi karena istilah ini dapat
diartikan sebagai seni dan ilmu untuk mengajar anak-anak (pedagogy is the
science and arts of teaching children).
Orang dewasa
tidak hanya dilihat dari segi biologis semata, tetapi juga dilihat dari segi
sosial dan psikologis. Secara biologis, seseorang disebut dewasa apabila ia
telah mampu melakukan reproduksi. Secara sosial, seseorang disebut dewasa
apabila ia telah melakukan peran-peran sosial yang biasanya dibebankan kepada
orang dewasa. Secara psikologis, seseorang dikatakan dewasa apabila telah
memiliki tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang diambil.
Darkenwald dan
Meriam (Sudjana, 2005: 62) memandang bahwa seseorang dikatakan dewasa apabila
ia telah melewati masa pendidikan dasar dan telah memasuki usia kerja, yaitu
sejak umur 16 tahun. Dengan
demikian orang dewasa diartikan sebagai orang yang telah memiliki kematangan
fungsi-fungsi biologis, sosial dan psikologis dalam segi-segi pertimbangan, tanggung
jawab, dan peran dalam kehidupan. Namun kedewasaan seseorang akan
bergantung pula pada konteks sosio-kulturalnya. Kedewasaan itupun merupakan
suatu gejala yang selalu mengalami perubahan dan perkembangan untuk menjadi
dewasa. Istilah “andogogi” berasal dari “andr” dan “agogos”
berarti memimpin, mengamong, atau membimbing.
Dugan Laird
(Hendayat S., 2005: 135) mengatakan bahwa andragogi mempelajari bagaimana orang
dewasa belajar. Laird yakin bahwa orang dewasa belajar dengan cara yang secara
signifikan berbeda dengan cara-cara anak dalam memperoleh tingkah laku baru.
Andragogi
adalah suatu model proses pembelajaran peserta didik yang terdiri atas orang
dewasa. Andragogi disebut juga sebagai teknologi pelibatan orang dewasa dalam
pembelajaran. Proses pembelajaran dapat terjadi dengan baik apabila metode dan
teknik pembelajaran melibatkan peserta didik. Keterlibatan diri (ego peserta
didik) adalah kunci keberhasilan dalam pembelajaran orang dewasa. untuk itu
pendidik hendaknya mampu membantu peserta didik untuk: (a) mendefinisikan
kebutuhan belajarnya, (b) merumuskan tujuan belajar, (c) ikut serta memikul
tanggung jawab dalam perencanaan dan penyusunan pengalaman belajar, dan (d)
berpartisipasi dalam mengevaluasi proses dan hasil kegiatan belajar. Dengan
demikian setiap pendidik harus melibatkan peserta didik seoptimal mungkin dalam
kegiatan pembelajaran.
Prosedur yang
perlu ditempuh oleh pendidik sebagaimana dikemukakan Knowles (1986) adalah
sebagai berikut: (a) menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar melalui
kerjasama dalam merencanakan program pembelajaran, (b) menemukan kebutuhan
belajar, (c) merumuskan tujuan dan materi yang cocok untuk memenuhi kebutuhan
belajar, (d) merancang pola belajar dalam sejumlah pengalaman belajar untuk peserta
didik, (e) melaksanakan kegiatan belajar dengan menggunakan metode, teknik dan
sarana belajar yang tepat dan (f) menilai kegiatan belajar serta mendiagnosis
kembali kebutuhan belajar untuk kegiatan pembelejaran selanjutnya. Inti teori
andragogi adalah teknologi keterlibatan diri (ego) peserta didik.
Artinya kunci keberhasilan daam proses pembelajaran peserta didik terletak pada
keterlibatan diri mereka dalam proses pembelajaran (Sudjana, 2005: 63).
0 komentar:
Posting Komentar