ISU PERKEMBANGAN PADA MASA BATITA
Kemunculan Pemahaman Diri
Pemahaman
diri (self understanding) ialah representasi kognitif diri anak, bahan dan isi
konsep diri anak. William James , pada
abad 19 menjelaskan dua diri : I-self
dan Me-self . I-self adalah
pengertian mengenai sebagai “yang mengenali” dan “yang mengetahui” dirinya
sendiri atau disebut juga sebagai aktor. Me-self adalah apa yang diketahui oleh
seseorang secara objektif tentang dirinya sendiri.Terdiri atas yang membuat
dirinya unik, mencakup karakteristik materi, psikologis, dan sosial.
Konsep
diri (self concept) adalah citra kita tentang kita sendiri. Konsep diri
merupakan apa yang diyakini oleh i-self tentang me-self yaitu gambaran
keseluruhan tentang kemampuan dan sifat kita.
Kemunculan I-self
Kemunculan
i-self mulai berkembang sejak kelahiran sampai 15 bulan. Hubungan bayi-pengasuh
sangat berpengaruhnya terbentuknya i-self. Sebagai contoh saat bayi yang sedang
menyusu ASI akan muncul emosi dari dirinya . Emosi ini terhubung dengan
sensorismotorisnya (menghisap) yang
berperan penting dalam perkembangan i-self.
Saat
umur 4 sampai 10 bulan , ketika bayi
dapat meraih, menggenggam , dan melakukan sesuatu bayi mulai mengalami sebagai
agency personal, sebuah karkteristik i-self. Dimana self agency adalah
mengontrol pikiran dan tindakannya sendiri. Contohnya pada saat bayi menyenggol
mainan mobil dan mainan tersebut
bergerak,maka bayi merasa dapat menggerakkan mobil (“Saya bisa menggerakkan
mobil”). Menurut Bandura seiring dengan berkembangnya agency personal muncullah
sel efficacy. Self efficacy adalah keyakinan akan kemampuan untuk menghadapi
tantangan yang ada dan mencapai target. Contoh saat bayi merasa dia bisa
menggerakkan mainan mobilnya, ia akan berusaha menggerakkan mobil tersebut
sampai tempat yang diinginkannya. Pada saat ini , bayi juga akan mengembangkan
koherensi diri (self coherence) dimana koherensi diri adalah perasaan menjadi
sebuah kesatuan fisik dengan dibatasi oleh keadaan lahiriah/kenyataan dimana
agency tersebut berada.
Antara
umur 10-15 bulan , seorang bayi mulai menyadari bahwa apa yang mereka rasakan
dapat dibagi bersama orang lain. Contohnya saat bayi menggerakkan mobilnya,bayi
akan melihat wajah ayahnya untuk melihat apakah tidak masalah jika ia
menggerakkan mainan mobilnya.
Kemunculan Me Self
Kemunculan
me-self mulai berkembang pada umur 15 sampai 30 bulan. Kemunculan me-self ini
juga dapat dikatakan kesadaran diri akan perbedaan dirinya dengan orang lain
dan dapat diidentifikasi. Diskriminasi perceptual merupakan pondasi awal
Me-self. Kesadaran diri konseptual yang berkembang antar 15-18 bulan .
Dalam
suatu riset, peneliti memoleskan lipstik pada hidung bayi berusia 6-24 bulan,
kemudian peneliti meletakkan mereka di depan cermin. Anak yang berusia 18 bulan
menyadari ada sesuatu pada hidungnya sedangkan bayi yang berusia kurang dari 15
bulan tidak menyadari bahwa di hidunya ada sesuatu. Perilaku tersebut menandakan bahwa bayi yang
umur lebih tua lebih menyadari akan keadaan dirinya.
Pada
usia 20 sampai 24 bulan , bayi menggunakan kata ganti untuk menyatakan dirinya
dan orang lain seperti aku dan kamu. Setelah mengenal konsep diri, anak akan
mulai mengaplikasi gambaran dirinya
(rambut keriting, rambut lurus) dan evaluatif ( bagus , cantik, jelek) kepada
diri mereka. Pada umur 19 sampai 30 bulan, mereka sudah dapat menggambarkan
diri mereka dan memasukkan deksripsi verbal orang tua mereka (kamu cantik
sekali) ke dalam citra mereka sendiri. Evaluasi diri dan evaluasi oleh orang
lain merupakan langkah menuju perkembangan kesadaran.
Development of Autonomy
Erikson (1950) mengidentifikasi
periode sejak balita berusia 18 bulan hingga 3 tahun sebagai tahap kedua dari
perkembangan kepribadian yaitu autonomy
versus shame and doubt, yang ditandai oleh pergeseran kontrol eksternal
menjadi self-control. Rasa percaya
dan munculnya kesadaran diri terjadi di dalam tahap ini. Virtue (keutamaan) yang muncul selama tahap ini adalah will. Toilet training sudah dapat dilakukan oleh kebanyakan balita hingga
berusia 27 bulan (Blum, Taubman, & Nemeth, 2003). Ini merupakan langkah
yang penting terhadap otonomi dan kontrol diri pada anak. Begitu pula dengan
bahasa; semakin baik anak dalam mengungkapkan keinginannya, mereka akan semakin
kuat. Rasa malu dan ragu akan muncul jika anak mendapatkan kebebasan yang
terbatas.
Di Amerika Serikat, terdapat istilah
“terrible twos” yang merupakan
manifestasi dari keinginan otonomi. Balita dites dengan menanamkan ide pada
mereka bahwa mereka adalah seorang individu, memiliki kendali dalam dunia
mereka, dan mereka mempunyai kekuatan baru. Mereka diarahkan untuk mengeluarkan
ide, melatih kemampuan mereka, dan membuat keputusannya sendiri. Pengarahan ini
menunjukkan sisi negativism,
kecenderungan untuk berteriak “Tidak!”. Hampir semua anak di Amerika Serikat
menunjukkan negativism dalam berbagai
tingkat; hal ini biasanya dimulai sebelun usia 2 tahun, cenderung meningkat
sekitar usia 3,5 sampai 4 tahun, dan mulai menurun di usia 6 tahun. Pengasuh
melihat ekspresi anak atas keinginannya sebagai hal yang normal, dorongan yang
sehat mandiri, bukan sebagai anak yang nakal, dapat membantu mereka untuk
mempelajari pengendalian diri, berkontribusi terhadap kompetensi diri mereka,
dan dapat menghindari konflik.
Banyak orang tua di Amerika Serikat
yang terkejut mengetahui bahwa “terrible
twos” bukanlah hal yang universal. Pada beberapa negara berkembang,
transisi dari balita ke anak-anak awal relatif berjalan dengan halus dan
harmoni (Mosier & Rogoff, 2003)
SOSIALISASI DAN INTERNALISASI
Sosialisasi adalah
proses dimana anak mengembangkan kebiasaan, keterampilan, nilai, dan motivasi
yang menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan
produktif. Proses sosialisasi bergantung pada proses internalisasi, yaitu proses anak menerima tindakan standard
masyarakat sebagai standard dirinya juga. Anak yang berhasil bersosialisasi
tidak lagi hanya mematuhi perintah atau peraturan untuk mendapat imbalan atau
menghindari hukuman, tetapi sebagai kewajiban diri sebagai anggota masyarakat.
Self-regulation, kendali
terhadap perilaku diri sendiri untuk melakukan penyesuaian terhadap permintaan
atau harapan pengasuh, bahkan di saat pengasuh tidak ada, merupakan dasar
sosialisasi. Tentunya, regulasi diri ini membutuhkan orang dewasa sebagai
peringatan. Misalnya, seorang anak yang akan memasukkan tangannya di kontak
listrik dan ayahnya berteriak,”Jangan!”, maka anak itu akan menarik tangannya.
Di suatu waktu berikutnya, saat ia akan melakukan hal yang sama, ia akan
mencegah dirinya sendiri berdasarkan ingatannya terhadap larangan ayahnya.
Nurani adalah suatu standar
internal tingkah laku untuk mengendalikan perilaku dan akan menghasilkan
ketidaknyamanan emosional ketika dilanggar. Nuarnin bergantung pada keinginan
untuk berbuat hal yang benar, bukan karena orang lain mengatakan demikian.
Ada dua
jenis kepatuhan, yaitu :
·
Kepatuhan
Berkomitmen (Commited Compliance), apabila anak secara sukarela
melaksanakan perintah, tanpa diingatkan atau salah
·
Kepatuhan
Situasional (Situational Compliance), apabila anak melakukan perintah
karena diingatkan ataupun kendali yang sedang berlangsung
HUBUNGAN DENGAN ANAK-ANAK LAIN
Walaupun orang tua dan pengasuh memberikan pengaruh besar
terhadap kehidupan anak, berhubungan dengan anak lain, baik di dalam ataupun di
luar rumah, penting dilakukan sejak masa
bayi dan seterusnya.
SAUDARA KANDUNG
Saat bayi mulai aktif dan menjadi makin asertif, mau tidak mau
bayi menghadapi konflik dengan saudara-saudaranya. Konflik saudara kandung akan
lebih meningkat drastic setelah anak yang lebih muda menginjak usia 18 bulan.
Pada bulan-bulan berikutnya, adik mulai berpartisipasi dalam berbagai interaksi
keluarga. Dengan demikian, anak akan semakin awas terhadap niat dan perasaan
anggota keluarganya. Anak mulai mengenali perilaku yang mengganggu atau membuat
kesal serta perilaku yang dianggap nakal.
Namun begitupun, konflik yang terjadi antara saudara kandung
cenderung lebih konstruktif membantu anak untuk mengenal kebutuhan, keinginan,
dan sudut pandang masing-masing, serta membantu anak untuk belajar berjuang,
berselisih paham, dan berkompromi.
NONSAUDARA KANDUNG
Bayi dan anak menunjukkan rasa ingin tahu terhadap oang luar
rumah, terutama orang-orang yang seukuran dengan diri mereka. Pada beberapa
bulan pertama, mereka melihat, tersenyum, dan menggumam dengan bayi lain. Pada
paruh akhir tahun pertama, mereka makin sering tersenyum, menyentuh, dan
berceloteh dengan sesama. Pada usia 1 tahun, dimana agenda utama mereka adalah
belajar berjalan, para bayi tidak terlalu memedulikan orang lain. Sejak usia
1,5-3 tahun, anak-anak menunjukkan rasa ingin tahu yang meningkat terhadap apa
yang dilakukan anak lain.
Balita belajar dengan saling meniru. Konflik yang terjadi
dengan nonsaudara kandung juga bertujuan untuk membantu anak belajar tentang
cara bernegosiasi dan menyelesaikan pertengkaran.
ANAK DENGAN ORANG TUA
BEKERJA
Sebuah analisis data The
National Longitudinal Survey of Youth (NYLS) menemukan sedikit atau tidak
ada efek dari ibu bekerja terhadap kepatuhan anak, masalah perilaku, harga
diri, perkembangan kognitif dan prestasi akademis. Ibu bekerja terlihat lebih
menguntungkan keluarga yang berpenghasilan rendah dengan cara meningkatkan
pemasukan keluarga.
Di pihak lain, data longitudinal yang meneliti anak dengan ibu
bekerja, menunjukkan adanya efek negative terhadap perkembangan kognitif di
usia 15 bulan hingga 3 tahun di saat ibu bekerja 30 jam atau lebih per minggu.
Sensitivitas maternal, kualitas lingkungan rumah, dan kualitas pengasuhan anak
merupakan beberapa dampak dari pekerjaan orang tua.
Meningkatnya jumlah ibu bekerja pada masa ini membuat banyak
ibu memercayakan pengasuhan anaknya di penitipan anak. Baik keluarga dan
pengaturan penitipan anak akan secara langsung memengaruhi anak.
Dampak penitipan anak secara dini bergantung pada jenis,
jumlah, kualitas, dan stabilitas pengasuha, serta penghasilan keluarga dan usia
anak saat mendapatkan pengasuhan nonmaternal. Seorang anak yang pemalu dan
memiliki pola nonsecure attachment
cenderung lebih stress di tempat penitipan dan kesulitan bersosialisasi.
Elemen terpenting kualitas pengasuhan tempat penitipan anak
adalah pengasuh. Bayi butuh pengasuhan yang konsisten untuk mengembangkan rasa
percaya dan kelekatan yang aman. Stabilitas pengasuhan memfasilitasi koordinasi
antara orang tua dan pemberi layaan penitipan anal, yang dapat membantu
melindungi dari pengaruh negative berkepanjangan. Semakin sering anak diasuh
bukan oleh ibunya, maka akan semakin besar pula risiko masalah tingkah laku
yang dimiliki anak tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Papalia &
Olds.2004.Human Development.New York : McGraw-Hill Book Co.
Santrock., J.W. 2009.Life
Span Development(12th Ed) .New
York : McGraw-Hill Book Co.
Papalia & Olds.2009.Perkembangan Manusia(10th
Ed).Jakarta : Salemba Humanika.
0 komentar:
Posting Komentar