PENGKONDISIAN KLASIK DAN KONEKSIONISME
Dua
pendekatan awal untuk mempelajari perilaku adalah pengkondisian klasik dan
koneksionisme.
Argumen Dasar Behaviorisme
John
Watson mendukung studi perilaku. Alasannya adalah semua organisme menyesuaikan
diri dengan lingkungan melalui respons, dan respons-respons tertentu biasanya
disebabkan oleh peristiwa (stimulus) tertentu. Dengan mempelajari perilaku,
psikolog akan mampu untuk memprediksi respons yang ditimbulkan lewat stimulus,
dan sebalikya.
Setelah
mendalami studi perilaku, Watson menemukan riset reflex motorik dari psikolog
rusia, V.M Bekheterev. Karya Bekheterev penting, karena ia berhasil
memanipulasi reaksi behavioral di dalam laboratorium.
Asumsi Dasar
Behaviorisme
merujuk pada beberapa teori yang mengandung tiga asumsi dasar tentang belajar.
Asumsi itu adalah :
1.
Fokus studi seharusnya adalah perilaku
yang dapat diamati, bukan kejadian mental internal atau rekonstruksi verbal
atas kejadian.
2.
Perilaku harus dipelajari melalui
elemennya yang paling sederhana (stimuli spesifik dan respon spesifik)
3.
Proses belajar adalah perubahan
behavioral.
Pavlov dan Pengkondisian Klasik atau Refleks
Kisah
riset Pavlov memperlihatkan seorang ilmuwan yang secara tidak sengaja menemukan
cara untuk mengontrol perilaku sederhana saat meneliti reflex keluarnya air
liur anjing. Dia sendiri, menemukan bahwa reaksi tidak sengaja, keluarnya air
liur, dapat dilatih untuk merespons suara yang tidak berhubungan dengan
makanan.
Riset di Laboratorium Pavlov
Fokus
riset yang diawasi oleh Pavlov adalah reflex air liur anjing. Pada mulanya
Pavlov menyebut reaksi air liur ini sebagai reflex yang dikondisikan. Namun,
pada riset berikutnya, V.N Boldyrev menemukan bahwa reflex air liur ini bisa
dilatih untuk merespons (dikondisikan) objek-objek atau kejadian dari modalitas
indrawi, seperti : suara, penglihatan, atau sentuhan (Windholz, 1997).
Riset
di laboratorium Pavlov ini penting karena 2 sebab, yaitu :
a.
menunjukkan bahwa reaksi keluarnya air
liur adalah reflex
b.
mengubah relasi alamiah antara stimulus
dan reaksi diman dianggap sebagai penemuan penting dalam studi perilaku.
Paradigma Pengkondisian Klasik
Proses
dimana kejadian atau stimuli mampu memicu respon dikenal sebagai refleks atau
pengkondisian klasik.Proses pengkondisian klasik terdiri dari tiga tahap, yaitu
:
a.
pra eksperimental
b.
memasang stimulus asli dengan stimulus
baru yang tidak berhubungan dengan reaksi
c.
stimulus baru menimbulkan reaksi
Dalam relasi ilmiah, stimulus dan
reaksi otomatisnya disebut sebagai unconditioned
stimulus (UCS), dan unconditioned
response (UCR) atau respon yang tidak dikondisikan.CS adalah hasil dari
training, dan CR adalah reaksi yang terlatih merespon stimulus baru.
Behaviorisme
John Watson
Watson mengidentifikasi tiga reaksi
emosional bayi yang bersifat naluriah, yaitu reaksi yang terjadi secara alami.
Reaksi tersebut adalah cinta, marah dan takut (Watson, 1928; Watson &
Morgan, 1917). Misalnya, respons takur terjadi dilingkungan alamiah setelah
adanya suara keras atau kurangnya dukungan pada bayi.
Watson
sepakat dengan Sigmund Freud, bahwa kehidupan emosi dewasa dimulai sejak masa
bayi dan emosi itu dapat ditransfer dari satu objek/kejadian ke objek/kejadian
lainnya (Watson & Morgan, 1917). Watson
menunjukkan teorinya dalam eksperimen dengan Albert, bayi berusia 11 bulan.
Reaksi takut Albert dikondisikan ke tikus putih dan reaksi ini ditransfer ke
kelinci putih.
Koneksionisme
Edward Thorndike
Thorndike
memilih bereksperimen dalam kondisi terkontrol untuk mengembangkan teorinya.
Dalam eksperimennya, hewan dikurung dengan makanan diletakkan di luar atau di
kotak tertutup. Tugas bagi hewan lapar itu adalah membuka makanan atau sangkar
dan mendapatkan makanan. Thorndike menyebut eksperimen ini sebagai
pengkondisian instrumental untuk merefleksikan perbedaannya dengan
pengkondisian klasik. Teori ini dikenal sebagai koneksionisme karena hewan
membangun koneksi antara stimuli particular dengan perilaku mandiri.
Dari
hasil percobaan yang dilakukan Thorndike pada beberapa hewan, Thorndike
mengidentifikasi tiga hukum belajar. Pertama,
hukum efek (laws of effects)
menyatakan bahwa suatu keadaan yang memuaskan setelah respons akan memperkuat
koneksi antara stimulus dan perilaku yang tepat, dan keadaan yang menjengkelkan
akan melemahkan koneksi tersebut. Hukum efek penting karena dapat
mengidentifikasi mekanisme baru dalam proses belajar. Kedua, hukum latihan (law of
exercise) menyatakan bahwa perulangan atau repetisi dari pengalaman akan
meningkatkan peluang respons yang benar. Ketiga,
hukum kesiapan (law of readiness)
mendeskripsikan kondisi yang mengatru keadaan yang disebut sebagai “memuaskan”
atau “menjengkelkan”. Pelaksanaan tindakan dalam merespons impuls yang kuat
adalah memuaskan, sedangkan perintangan tindakan atau memaksakannya dalam
kondisi lain adalah menjengkelkan.
PSIKOLOG GESTALT
Fokus awal riset Gestalt adalah
pengalaman persepsi. Bersama dengan Kurt Koffka dan Wolfgang Kohler, Wertheimer
mengembangkan hukum persepsi dan mengaplikasikan konsep ini ke belajar dan
pemikiran. Riset yang dilakukan psikologi Gestalt terhadap persepsi visual
menunjukkan bahwa:
a.
Ciri global
dideteksi sebagai keseluruhan, bukan sebagai elemen-elemen sederhana
b.
Proses ini
konstruktif karena individual sering menstransformasikan input visual yang
tidak lengkap ke dalam citra perseptual yang lebih jelas
Asumsi Dasar
Empat asumsi dasar perspektif Gestalt dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Asumsi
|
Contoh
|
1.
Yang mestinya dipelajari adalah prilaku molar, bukan
prilaku molecular
|
Kinerja seorang mahasiswa di kelas saat dosen memberi
kuliah
|
2.
Organisme merespons “keseluruhan sensoris yang
tersegregasi” atau gestalten ketimbang pada stimuli spesifik atau
kejadian-kejadian yang terpisah dan independen
|
Susunan geometris dari 11 titik dilihat sebagai sebuah
salib
º
º
º
º
º º º
º º º
º
º
º
|
3.
Lingkungan geografis, yang hadir sebagaimana adanya,
berbeda dengan lingkungan behavioral, yang merupakan cara sesuatu muncul.
Lingkungan behavioral adalah realitas subjektif
|
Koffka mendeskripsikan peristiwa seorang pria
mengendarai kuda melewati datran di tengah badai salju menuju sebuah
penginapan. Ketika ditanya dari mana ia berasal, lelaki itu menunjuk arah
seberang penginapan. Pemilik penginapan terkejut dan bertanya apakah lelaki
itu tahu dia sebenarnya berkuda di atas danau yang membeku. Ceritanya lelaki
itu jatuh dan mati karena terkejut ketika sadar dirinya sudah menyeberangi
danau berlapis es tipis bermil-mil
|
4.
Organisasi lingkungan sensoris adalah interaksi dinamis
dari kekuatan-kekuatan di dalam struktur yang mempengaruhi persepsi individu.
|
Sebuah gambar (misal, kubus) yang sama namun dipersepsi
secara berbeda berdasar relasi dari garis-garisnya
|
Hukum Organisasi Perseptual
Gestalt
berpendapat bahwa tugas utama psikologi adalah mengetahui bagaimana individu
secara psikologis memahami atau mempersepsi lingkungan geografis. Mereka
mendefinisikan persepsi sebagai proses pengorganisasian stimuli yang diamati di
mana pengamat memberikan makna kepada serangkaian stimuli. Hukum Gestakt dasar,
yakni hukum Pragnanz, dan hukum terkait primer yang mendeskripsikan semua
pengaruh ini.
Hukum Pragnanz.
Istilah Pragnanz berarti esensi, dan
hukum ini menunjukkan pengorganisasian psikologis terhadap sekelompok stimuli.
Dalam setiap rangkaian stimulus, organisasinya dipersepsikan oleh individu
sebagai satu stimuli yang: (a) paling komprehensif; (b) paling labil; (c) bebas
dari sebab-akibat dan arbitrer.
Hukum terkait
Hukum
pengorganisasian perseptual mendeskripsikan empat karakteristik utama dari
bidang visual yang mempengaruhi persepsi. Karakteristik itu adalah kedekatan
dari setiap elemen (proximity), ciri
yang sama, seperti warna (similarity),
tendensi elemen untuk melengkapi pola (open
direction), dan kontribusi elemen stimulus terhadap struktur sederhana
keseluruhan (simplicity).
PERBANDINGAN ANTARA BEHAVIORISME DAN GESTALT
Kedua teori ini
mengilustrasikan perkembangan pengetahuan melalui pengukuran yang akurat dan
riset dalam kondisi yang terkontrol.
Aplikasi ke Pendidikan
Psikologi
Behaviorisme dan Gestalt mendasarkan risetnya pada asumsi yang berbeda mengenai
sifat dan belajar serta fokus studinya. Behaviorisme mendefinisikan belajar
sebagai perubahan perilaku dan mengidentifikasi stimuli dan respons spesifik
sebagai focus riset, sedangkan psikologi Gestalt berpendapat bahwa seseorang
merespons stimuli yang terorganisasi dan persepsi perorangan adalah faktor
penting untuk memecahkan masalah.
Behaviorisme
Pengkondisian klasik juga membahas
aspek-aspek dari situasi sehari-hari, misalnya untuk hari pertama anak, di
kelas taman kanak-kanak dan sekolah dasar, aktivitas yang dilakukan haruslah
kegiatan yang dapat menghindari asosiasi kecemasan dan perasaan negative
lainnya terhadap latar sekolah.
Guthrie juga menyarankan guru untuk
mengasosiasikan stimuli dan respons secara tepat. Misalnya, guru harus
memastikan bahwa instruksi seperti mengantri makan siang tidak menimbulkan
perilaku distruptif. Masalahnya adalah bahwa sebuah perintah dapat menjadi
petunjuk untuk munculnya perilaku distruptif di masa depan.
Psikologi Gestalt
Isu yang
diangkat psikologi Gestalt untuk masalah pendidikan adalah soal makna,
pemahaman, dan wawasan yang merupakan karakteristik manusia. Komputer, dapat
menjadi pemecah masalah manusia, setelah masalahnya dipahami.
Kesulitan dalam
mengaplikasikan perspektif Gestalt di kelas adalah kurangnya prinsip yang
terdefinisikan dengan jelas. Periset Gestalt mengemukakan beberapa saran untuk
pembelajaran memecahkan masalah, yaitu :
a. membuat tugas dalam belajar di dalam situasi yang konkrit
dan akurat.
b. asistensi selama pemecahan masalah tidak boleh berupa prosedur pengulangan
dan peniruan.
sumber
Gtedler, Margaret.E., 2011., Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana