Penerapan
Psikologi dalam Pendidikan
Pendidikan umum didirikan sebagai penerapan dari
prinsip Thomas Jefferson yang menyatakan bahwa setiap penduduk Amerika harus
memiliki kesetaraan di bidang pendidikan selayaknya kesempatan berpolitik. Hal
ini dikarenakan para penduduk membutuhkan pendidikan untuk membekali mereka
dalam lembaga - lembaga demokratus. Kemudian, oleh karena alasan inilah, sistem
pendidikan ini harus bisa diterapkan oleh setiap anak Amerika dengan tanpa
memandang ras apapun. Kemudian, penemuan - penemuan terbaru yang penting dalam
psikologi pendidikan telah menjadi sesuatu yang dapat membantu anak - anak
mendapatkan keuntungan lebih dari waktu mereka di sekolah, mendapatkan
pendekatan pembelajaran secara menyeluruh, metode efektif dalam mendidik anak -
anak yang kurang mampu, perkembangan dari tes - tes yang lebih berarti, dan
juga penerapan anak - anak dengan tantangan psikologi dan fisik nya menjadi
mempunyai lingkungan kelas yang normal, yang dikenal sebagai belajar secara menyeluruh.
1. Pembelajaran secara menyeluruh dan Sistem
pengajaran yang menarik
Seorang
psikolog pendidikan, Benjamin Bloom memulai prinsip program pembelajaran secara
menyeluruh (Mastery Learning) .
Adapun program pembelajaran secara menyeluruh ini secara sederhana menyatakan
bahwa anak - anak tidak boleh melangkah ke tahap pembelajaran selanjutnya
sebelum mereka benar - benar menguasai program pembelajaran yang pertama.
Contoh studi kasusnya, misalnya dalam sebuah ruangan kelas terdapat satu kelompok
murid di mana mereka dilibatkan dalam suatu pembelajaran mengenai mekanik
otomatis. Kemudian, pelajaran ini dibagi dalam delapan unit yang berbeda.
Kemudian, setengah dari murid - murid ini diarahkan untuk belajar menurut
jadwal. Sedangkan kelompok lainnya, yang merupakan kelompok yang diarahkan
untuk menerapkan ilmu belajar secara menyeluruh ini, belajar menurut kemampuan
mereka di mana mereka tidak boleh lanjut ke tahap pembelajaran selanjutnya
sebelum mereka benar - benar menguasai unit sebelumnya. Setelah percobaan ini
dilaksanakan, akhirnya didapatkan hasil bahwa kelompok yang menerapkan program
pembelajaran secara menyeluruh atau mastery
learning group inilah yang
mendapatkan hasil lebih baik dalam waktu bersamaan.
Meskipun demikian, Bloom menyarankan
bahwa program pembelajaran secara menyeluruh ini lebih efektif untuk anak -
anak dengan kemapuan belajar lebih lambat.
Kemudian, perkembangan terbaru
adalah belajar dari komputer yang tidak begitu mahal yang dapat digunakan di
dalam kelas. Program pembelajaran ini dinamakan Sistem Pembelajaran yang
Intelijen (Intelligent Tutoring Systems) .
Di dalam program ITS, para pembelajar atau murid dapat menggunakan komputer
tersebut untuk belajar. Komputer tersebut dapat memberikan instruksi atau
pengarahan seputar cara penggunaan program pembelajaran tersebut. Kemudian,
para pembelajar dapat menggunakan kemampuan mereka secara mandiri untuk
mengakses program - program tersebut dan menjawab soal - soal latihan yang ada
tanpa pengarah. Beda program ini dengan program biasa adalah program ini tidak
memungkinkan sang pembelajar untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya tanpa
penguasaan sepenuhnya dari tahap sebelumnya
2.
Perintah langsung (Direct
Instruction)
Pendekatan
dengan menggunakan perintah langsung ini didasari oleh ide yang hampir sama dan
menarik dengan yang ada pada sistem pembelajaran secara menyeluruh (mastery learning) . Prinsip
perintah langsung (direct instruction) ini didasari oleh beberapa strategi - strategi
sebagai berikut :
·
Anak-anak yang dibimbing selama dalam
proses belajar mengajarnya akan mempunyai kemampuan lebih untuk menemukan
konsep - konsep dan ide - ide pada diri mereka sendiri.
·
Informasi - informasi baru dan juga
kemampuan - kemampuan yang penting diharapkan dapat ditandai oleh murid -
muridnya.
·
Informasi baru dipresentasikan kepada
murid -murid dengan mennggunakan kalimat yang mudah dimengerti.
·
Anak - anak biasanya sering diajak untuk
menjelaskan apa yang mereka pelajari, misalnya saja membaca atau menyelesaikan
suatu permasalahan, bertujuan agar si guru dapat mengevaluasi hasil belajar
mereka secara langsung daripada hanya secara tes atau tulisan.
·
Guru dapat juga secara berkala mendukung
perkembangan yang positif untuk hasil belajar yang baik atau perbaikan secara
lembut untuk hasil belajar yang dirasakan kurang baik.
Pada pertengahan tahun 1960, sebuah
penelitian besar yang diadakan oleh Pusat Pendidikan di Amerika bertujuan untuk
menguji kelayakan sistem pengajaran bagi anak yang kurang mampu. Sembilan grup
peneliti dibiayai untuk mendisain dan menerapkan apa yang menurut mereka
sebagai program pendidikan yang ideal dan beberapa grup penelitian yang diambil
secara acak diajak untuk menguji kelayakan program belajar itu. Penelitian
pendidikan besar ini yang melibatkan lebih dari sepuluh ribu anak - anak dari
berbagai negara dinamakan Project Follow
Through . Sembilan projek ini sebenarnya sangat berbeda dalam konteks
filosofi pendidikan yang sebenarnya dan juga merupakan projek yang tidak
berhasil dalam mengembangkan program pendidikan. Adapun projek yang paling
berhasil adalah dengan menggunakan perintah langsung untuk mengembangkan
anak-anak kurang mampu.
3.
Pembelajaran dengan memotivasi dalam kelas (Motivating Learning in the Classroom)
Pembelajaran secara memotivasi ini menggunakan
pendekatan secara ekstrinsik dan intrinsik. Pendekatan secara ekstrinsik,
misalnya saja dengan menggunakan pujian atau motivasi dari guru. Pendekatan
secara intrinsik, misalnya ketika guru menjelaskan apa fungsi belajar daripada
hanya menekankan kepada nilai bagus yang akan dicapai murid jika mereka dapat
belajar dengan baik. Dengan menggunakan pendekatan secara intrinsik ini,
tentunya para murid dapat belajar dengan hasil yang lebih baik. Persamaannya,
murid - murid yang diijinkan untuk memilih mata pelajaran mereka sendiri
diantara beberapa mata pelajaran pilihan mendapatkan ilmu lebih banyak dari
proses pembelajaran mereka sendiri. Kesimpulannya, program - program pendidikan
yang dapat menyeimbangkan motivasi ekstrinsik dan intrinsik ini mempunyai
keefektifan yang baik di dalam kelas.
4.
Pengujian dengan kriteria dan referensi ( Criterion - Referenced Testing )
Pada pendekatan tradisional untuk menguji program
pendidikan, anak - anak biasanya dibandingkan dengan anak lainnya. Misalnya
saja, suatu tes bersifat tradisional dalam pelajaran aritmatika yang
membutuhkan anak - anak untuk menghadapi banyak soal menggunakan angka.
Kemudian, anak - anak yang mampu menyelesaikan program tersebut dikategorikan
sebagai anak - anak yang berada dalam level “mampu”. Tujuan dari program
pengujian dengan kriteria dan referensi ini adalah bukan untuk membandingkan
seorang anak dengan anak lainnya, namun lebih kepada untuk menentukan apakah
seorang anak dapat memenuhi kriteria minimum untuk suatu program edukasi yang
bersifat spesifik. Biasanya, program - program ini dapat dipraktekkan secara
langsung. Misalnya saja, dalam suatu pengujian, seorang anak diberikan
kesempatan untuk mengisi formulir lamaran kerja seperti yang biasanya
dibutuhkan oleh seorang pelamar kerja. Tujuan dari pengujian ini bukanlah hanya
semata - mata membandingkan kemampuan si anak dengan kemampuan anak lain, namun
tujuan nya adalah lebih untuk mengetahui sampai di mana kemampuan si anak dalam
hal ini. Apabila si anak belum mengetahui cara mengisi formulir ini dengan
tepat, maka tentu guru yang bertanggung jawab akan mengajarinya hingga ia mampu
mengisi formulir lamaran kerja dengan sendirinya.
Program pengujian secara menyeluruh ini pun
sebenarnya bertujuan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh guru untuk
mengembangkan program pendidikan nya. Jika pengujian ini berhasil dilakukan,
maka tentunya para pendidik atau guru dapat mendapatkan komentar atau feedback dari pengujian yang telah
dilakukan. Pengujian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan instropeksi untuk
si guru dalam mendidik muridnya.
Program pengujian ini di kemudian hari pun mulai
dipikirkan sebagai bahan pengujian untuk menentukan apakah seorang anak dapat
dipromosi kan dari level yang satu ke level berikutnya. Ada dua pendapat di
dalam menentukan kelayakan sistem pengujian ini, di antaranya adalah :
Anak - anak ataupun pelajar yang berasal
dari luar wilayah Amerika Serikat kemungkinan hanya mendapatkan sedikit info
mengenai sistem pengujian ini. Sistem pengujian ini tidak selalu adil bagi anak
- anak yang datang dari berbagai budaya di Amerika Serikat.
Sistem pengujian ini memungkinkan anak -
anak yang mempunyai tingkat intelijensi lebih tinggi dapat lebih memahami
pertanyaan - pertanyaan dan mendapatkan nilai yang lebih baik. Hal ini berarti
bahwa sitem penilaian ini cenderung menyudutkan anak - anak yang mempunyai
tingkat intelijensi yang lebih rendah.
5. Pendidikan untuk orang - orang berkebutuhan
khusus ( Mainstreaming )
Pada periode tahun 1970 - an, kebijakan pendidikan
yang diumumkan oleh legislasi federal atau yang lebih dikenal sebagai Public Law 94 - 142 menyatakan bahwa setiap anak mempunyai hak
untuk mendapatkan pendidikan secara umum tanpa melihat kebutuhan khusus nya.
Ini berarti bahwa sekarang, anak - anak yang berkebutuhan khusus dapat
mengakses pendidikan umum dalam kualitas yang lebih baik dari masa sebelumnya.
Kemudian, Public Law 94 - 142 dan
pendukungnya, program IDEA atau yang lebih dikenal sebagai program pendidikan
bagi anak yang berkebutuhan khusus, menyatakan bahwa anak - anak yang memiliki
kebutuhan khusus harus menerima bantuan edukasi dan psikologi di dalam
lingkungannya yang menyerupai program pendidikan yang biasanya diterima oleh
anak - anak normal lain dalam lingkungannya. Oleh karena itu, anak - anak yang
berkebutuhan khusus tidak boleh lagi diisolasi sebab mereka mempunyai hak untuk
mendapatkan pendidikan tersebut dalam sekolah - sekolah normal biasanya dan
memungkinkan mereka untuk berinteraksi satu sama lainnya dengan baik. Kemudian,
jika memungkinkan, anak - anak yang berkebutuhan khusus harus ditempatkan di
dalam sebuah ruangan kelas untuk belajar dengan anak - anak normal lainnya dan
hanya akan dipindahkan atau dibantu jika hal ini benar - benar dibutuhkan.
Program pembelajaran ini dinamakan Mainstreaming.
Adapun
program mainstreaming ini mempunyai beberapa keuntungan, yaitu para
pelajar berkebutuhan khusus mendapatkan kesempatan untuk merasakan atmosfir
belajar dalam ruangan dengan anak - anak normal lainnya. Selain itu, bagi anak
- anak normal lainnya, mereka dapat merasakan bahwa anak - anak berkebutuhan
khusus juga berhak untuk mendapatkan pendidikan yang baik selayaknya mereka dan
anak - anak berkebutuhan khusus ini juga manusia dan mereka sudah selayaknya
diperlakukan sebagai teman yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bachri,
Syamsul. 2010. Psikologi Pendidikan
Berbasis Analisis Empiris Aplikatif. Jakarta; Prenada Media Group.
Lahey, Benjamin B.
(2007). Psychology an Introduction (9th
ed). New York; McGRAW-HILL.
N.
L. Gage, David C. Berliner. 1998. Educational Psychlogy. Boston, New York;
Houghton Mifflin Company.
Santrock, John W. 2009.
Psikologi Pendidikan. Jakarta;
Salemba Humanika.
Soeitoe, Samuel.
1982. Psikologi Pendidikan untuk para
Pendidik dan Calon Pendidik. Jakarta; Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI